Sabtu, 26 April 2014

8 Amalan Agar Dapat Menemani Rasulullah di Surga

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Dekat dengan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah kenikmatan yang agung. Karenanya para sahabat beliau adalah manusia-manusia terbaik dari umat ini. Menemani sang utusan dengan iman mengangkat kedudukan mereka di atas manusia-manusia mulia sesudahnya. Ini kebersamaan dengan beliau di dunia, lalu bagaimana dengan membersamai beliau di akhirat?
Pastinya, membersamai beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam di akhirat jauh lebih utama lagi. Pastinya, orang yang menemani beliau di surga berada pada tingkatan tertingginya. Karenanya kita temukan beberapa sahabat sangat berkeinginan membersamai atau menemani beliau di sana. Apakah kita juga berkeinginan mendapatkan derajat yang sangat mulia ini? berikut ini beberapa amal dan doa yang menjadi sebab kita mendapatkan keutamaan agung ini.
1. Mutaba’ah (mengikuti) & taat kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam

Kisah Perang MU'TAH

Kisah Perang Mautah

Rasulullah Shallallaahu 'alayhi wa sallam biasa mengirim surat kepada para raja untuk berdakwah dan bertabligh kepada mereka. Salah satu surat beliau telah dibawa oleh Harits bin Umair ra. yang akan diberikan kepada Raja Bushra. Ketika sampai di Mautah, maka Syarahbil Ghassani yang ketika itu menjadi salah seorang hakim kaisar telah membunuh utusan Rasulullah SAW. Membunuh utusan, menurut aturan siapa saja, adalah suatu kesalahan besar. Rasulullah SAW sangat marah atas kejadian itu. Maka Rasulullah SAW menyiapkan pasukan sebanyak tiga ribu orang. Zaid bin Haritsah ra. telah dipilih menjadi peniimpin pasukan tersebut. Rasulullah SAW bersabda, "Jika ia mati syahid dalam peperangan, maka Ja'far bin Abi Thalib ra. menggantinya sebagai pemimpin pasukan. Jika ia juga mati syahid, maka penlimpin pasukan digantikan oleh Abdullah bin Rawahah ra. Jika ia juga mati syahid, maka terserah kaum muslim untuk memilih siapa pemimpinnya".

Jumat, 28 Maret 2014

Taubatnya Seorang Jagoan

Awal 1993 Aku lega, urusanku dengan pihak kepolisian tidak berlanjut lebih panjang lagi. Hal itu karena masalah tawuran di sekolah kami bisa diselesaikan dengan damai. Inilah pertama kalinya aku berurusan dengan polisi. Seorang siswa kelas 3 SMP, yang masih mengenakan celana pendek ketika sekolah, tapi sudah berani ikut tawuran. Masalahnya? Ah, aku sendiri lupa. Yang pasti, justru ada rasa bangga di hatiku. Orang tuaku tidak boleh tahu hal ini. Surat panggilan untuk mereka sudah kubuang jauh-jauh tadi. Ah, aku tak peduli. Toh selama ini mereka tidak pernah memperhatikanku, sibuk dengan urusannya sendiri. Keluargaku memang bukan golongan jet set, meski demikian kebutuhan materiku lebih dari tercukupi. Tapi aku heran, kenapa aku jarang berkomunikasi dengan mereka? Hingga sebesar ini, aku belum juga bisa mengaji dan shalat. Tidak ada yang mengajariku tentang agama, apalagi keluargaku sendiri masih awam. Tapi, siapa peduli? Tahun 1994 Sekarang aku sudah duduk di SMA favorit di kotaku. Tapi kebandelanku bukannya berkurang, justru semakin bertambah. Aku sudah lupa, berapa kali aku terlibat perkelahian dengan alasan yang tidak jelas, bolos sekolah, dan merokok. Hingga suatu hari aku bertemu dengan seorang teman, yang mengajariku untuk berguru pada orang “pintar”. Kuterima tawaran itu dengan senang hati. Satu hal yang harus kupantang atas anjuran “kyai” agar berhasil yakni aku harus menjahui “molimo”. Maka senakal-nakalnya aku, tidak pernah sampai mabuk, bahkan pacaran pun aku tidak pernah, demi menjalani perintah itu. Sekarang jimat jadi andalanku. Agar penampilanku tambah “gagah”, sering aku mengenakan anting di hidung atau di alis. Meski demikian, aku tetap saja memiliki katakutan di sisi hatiku yang dalam. Aku takut jika tiba-tiba ada orang yang menusukku dari belakang, atau tanpa sepengetahuanku menyerang dengan senjata tajam. Dengan “prestasiku” itu, hampir setiap “pekerja jalanan” mengenalku. Aku mengenal sopir angkot, kernet, tukang ojek, tukang becak, dan orang-orang terminal, karena memang di situ aku bergaul. Ya… di rumah aku jadi anak manis karena memang sikapku yang kalem, tapi diluar aku bisa bertindak seenaknya. Meski demikian, aku merasa ada sesuatu yang masih ingin kumiliki, entah apa itu. Hari ini pertama kalinya aku melihat ibuku menangis, hanya karena aku pamit mau ke jogja dan tinggal agak lama di sana. Dan untuk pertama kalinya pula aku menyadari, ternyata selama ini orang tuaku sangat memperhatikanku. Aku telah salah menilai. Rasanya aku ingin minta maaf pada ibuku. Tapi jiwa remajaku melarangnya. Berhari-hari aku merenungi peristiwa itu. Ada keinginan untuk memperbaiki diri. Tapi bagaimana caranya? Akhir 1995 Aku sudah kelas 3 SMA. Meski demikian, tidak terlintas sama sekali dalam benakku apa yang akan kulakukan setelah lulus. Ketika teman-teman yang lain sibuk belajar, aku lebih suka nongkrong dengan teman-temanku. Hingga suatu malam, saat aku nongkrong seperti biasa, aku mendengar ada suara pengajian dari radio. Suaranya cukup keras, hingga bisa terdengar dengan jelas. Awalnya aku tidak menggubris suara itu, namun tiba-tiba,”….Allah tidak akan mengampuni bosa syirik….” mubaligh tersebut mengutip suatu ayat Al-Quran. Aku sendiri tidak tahu apa kelanjutannya, tapi entah kenapa, tiba-tiba aku merasa takut mendengar ayat tadi. Rasanya seluruh otakku tiba-tiba dipenuhi oleh suara tadi. Dan entah kenapa, aku seperti mendengar suara itu berulang-ulang,”….Allah tidak akan mengampuni dosa syirik…” Bukankah apa yang kulakukan selama ini adalah kesyirikan (seperti guru agama pernah menerangkan kepadaku)? Ya, aku telah bergelut dengan jimat, tenaga dalam, dan tetek bengeknya yang semuanya adalah syirik. Benarkah Allah tidak akan mengampuni dosaku? Lantas buat apa aku hidup jika jelas-jelas dosaku tidak diampuni oleh-Nya? Malam itu aku benar-benar tidak dapat memejamkan mata. Aku gelisah sekali. Ya, sebandel-bandelnya kau ternyata masih takut dengan dosa dan neraka. Berhari-hari aku mengalami kegelisahan yang luar biasa. Hingga suatu malam, di saat kegelisahanku mencapai “puncaknya”, aku memutuskan untuk menemui seorang kyai. Aku melihat jam, sudah jam 12 malam, tapi aku tidak peduli, aku harus segera menemukan jawaban. Kunaiki motorku dengan seorang teman, menuju rumah seorang kyai yang cukup ternama. Di sana aku mendapatkan penjelasan panjang lebar. Tapi aku merasa tidak puas dengan jawaban yang ku dapat. Esoknya kuajak temanku untuk menemui ustadz yang lain. Beberapa orang sudah kutanya, dari beberapa toloh organisasi Islam, maupun tokoh agama yang kuanggap mampu. Tapi dari semua jawaban yang mereka berikan tidak ada yang memuaskanku. Mereka mengatakan bahwa apa yang kulakukan hanyalah perantara atau wasilah, jadi tidak termasuk syirik. Namun entah kenapa, hatiku menolak jawaban itu. Awal 1996 Aku memutuskan untuk mencari sendiri jawabannya. Sekarang aku lebih banyak menghabiskan waktuku di perpustakaan, untuk mencari buku-buku agama. Aku membaca seperti orang yang kehausan kemudian menemukan tetesan-tetesan air. Semua buku yang ada dari tipis sampai yang tebal kulalap habis, jika belum selesai aku sangat penasaran. Aku mulai mendekati teman-teman ROHIS, kupinjam buku-buku mereka. Sekarang aku makin benyak bergadang, tapi bukan untuk nongkrong seperti dulu, melainkan membaca buku yang sudah kupinjam sebelumnya. Aku sendiri heran, kekuatan dari mana yang mampu mendorongku begitu semangatnya untuk menekuni buku demi buku tiap harinya? Tentunya semua atas kehendak-Nya. Kebiasaanku mulai kutinggalkan, teman-teman gengku juga mulai kujauhi, dan aku mulai jadi pendiam. Banyak yang heran melihat perubahanku yang sedrastis itu. Aku mulai menjalankan shalat. Meski awalnya agak kaku, tapi kubulatkan tekadku untuk menjaga kewajibanku ini. Subhanallah, aku yang dulu merasa malu jika ketahuan shalat, karena akan menurunkan “wibawaku”, sekarang harus belajar dari nol tentang bacaan shalat. Aku juga mulai bertekad belajar mengaji, maka kutemui seorang ustadz di kampungku untuk belajar. Dan, hanya karena pertolongan dari Allah, aku sudah mampu membaca Al-Quran hanya dalam waktu seminggu. Allahu Akbar! Dari membaca pula aku tahu bahwa merokok haram hukumnya. Maka tanpa menunggu waktu lagi, segera kutinggalkan rokok. Aku benar-benar mendapat pertolongan dari Allah, hingga mampu melakukan semua itu. Dari sebuah buku aku juga tahu, bahwa pakaian bagi laki-laki tidak boleh melebihi mata maki, dan sunnah memanjangkan jenggot. Maka sejak saat itu, aku mulai mengubah penampilanku. September 1996 Sekarang aku mahasiswa sebuah PTS di Solo. Tempat yang pertama kucari adalah perpustakaan. Aku memang sudah “keranjingan” membaca buku-buku agama. Dan alhamdulillah, di sini referensinya lebih lengkap. Maka, aku mulai berkutat dengan buku-buku tebal, demi pencarian kebenaran yang kucari selama ini. Hingga, aku membaca sebuah kitab tafsir. Dan alhamdulillah, aku menemukan ayat yang kucari-cari selama ini.” Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (An-Nisa’:48) Dari tafsirnya aku tahu, bahwa masih ada kesempatan bertaubat bagi orang-orang yang melakukan dosa syirik selama dia masih bisa bertaubat kepada Allah. MasyaAllah, indahnya! Aku menangis, dan bersujud syukur atas karunia ini. Kini semangatku bertambah besar, jika Allah masih membuka pintu taubat, maka apalagi yang kutunggu? Hingga suatu hari, aku lewat di masjid dekat kosku. Di sana aku melihat sekumpulan orang yang berpenampilan sama dengan penampilanku sedang mengikuti pengajian. Maka tanpa ragu lagi, aku masuk masjid dan ikut mendengarkan. Meski awalnya masih malu karena belum ada yang kukenal, tapi aku merasa tertarik dengan penyampaian ustadz tersebut. Subhanallah, baru kali ini aku mendengar penyampaian materi dengan ilmu dan hujjah yang mantap, tidak dibuat-buat. Maka aku selalu mengikuti setiap taklim yang ada di masjid tersebut. Aku juga mulai kenal dengan baik ikhwan-ikhwan di sana. Ya, inilah yang kucari-cari selama ini. Pemahaman Islam sesuai dengan salafusshalih. Dan aku mulai mantap di atas manhaj salaf ini. Hingga aku menutuskan untuk tinggal di masjid, meskipun kosku belum genap 3 bulan kutempati. Aku ingin lingkungan yang lebih baik dan kondusif untuk belajar tentang din. Dengan dorongan dari ikhwan-ikhwan serta ustadz aku berhasil “membuang” ilmu tenaga dalamku. Sekarang aku merasakan nikmatnya thalabul ‘ilmi. Tahun 1997, untuk menambah pengetahuanku aku ikut kursus bahasa Arab yang diselenggarakan sebuah pondok dan menjadi mustami’ di tadribud du’at. Februari 2007 Kini aku telah berkeluarga, dengan seorang istri dan 2 anak. Jika kuingat-ingat kilasan 11 tahun yang lalu, semakin besar syukurku kepada Allah. Allah telah memberikan hidayah-Nya kepadaku, dan Dia-lah yang mampu membolak-balikkan hati manusia. Dan Alhamdulillah, meskipun dengan usaha yang berat, keluargaku sudah bisa menerima prinsip dan keyakinanku. Meski demikian, aku sadar tugasku belum selesai. Aku masih memilki kewajiban mendidik keluargaku, berdakwah kepada orangtuaku, mendakwahi keluarga istriku, dan masyarakat sekitar. Sebuah tugas yang tidak ringan. Tapi aku yakin dengan pertolongan Allah. Ya Allah, mudahkanlah! (al faqir ilallah, Ibnu Abdurrahman)

Merpati Tak Lagi Terbang Tinggi


Kisah ta’arufku hampir enam tahun silam masih membekas di benak. Sungguh, kalau ingat saat itu aku merasa menjadi orang paling konyol di dunia, sekaligus merasa jadi orang paling beruntung. Saat ta’aruf, saat hendak menikah, saat hari H pernikahan, semua menyisakan kenangan lucu dan konyol. Bahkan aku tak tahu hari pernikahanku. Panggil aku Sofi, anak ke 6 dari 7 bersaudara. Hidupku dipenuhi kasih sayang dan bermanja-manja. Tapi orang tuaku juga mengajarkan kami sikap mandiri dan bekerja keras serta sikap peduli dan menolong. Orangtuaku tak membedakan anak laki-laki dan perempuan. Tugas di ladang yang terletak di lereng bukit dibagi bertujuh. Tentunya sesuai kemampuan kami. Pun saat sumur kering, kami biasa bersama-sama mengambil air di sungai di bawah bukit yang lumayan jauh. Tapi kami senang melakukannya. Sebab sambil bekerja, bapak juga mengajak kami bermain disela-selanya. Mungkin kebiasaan naik turun bukit itu, yang kemudian hari menguatkan jiwa petualanganku naik turun gunung. Aku diantara saudara perempuanku memang paling tomboy dan bandel. Tapi masih sebagaimana umumnya kenakalan anak-anak, tak sampai ke hal negatif. Saat SMU hobi naik turun gunungku masih menggila. Awalnya orang tua sering melarang, bahkan aku kena marah. Tapi akhirnya orangtuaku menyerah menasehatiku untuk berhenti naik gunung. Apalagi setelah sering melihat aku baik-baik saja dengan hobiku, mereka membiarkanku, tapi memintaku untuk berhati-hati. Aku senang main, sebaliknya akupun menjaga kepercayaan mereka. Oya, aku tinggal di lingkungan yang Alhamdulillah bagus. Keluargaku muslim rajin sholat. Sementara banyak tetangga di desaku yang pria bercelana gantung dan wanitanya berjubah serta bercadar, aku menganggap mereka aneh. Namun aku akrab dengan akhwat-akhwatnya. Yang pada akhirnya setelah menikah kelak, aku tahu mereka itu bermanhaj salaf. Hidayah memang belum datang padaku, saat itu akupun belum berjilbab bahkan dalam keluargaku banyak bid’ah dan syirik. Seiring waktu, lulus SMU, aku mulai berjilbab kecil. Aku masih tomboy dan tetap rajin naik gunung. Tak berapa lama, aku mendapat tawaran dari seorang tetangga bekerja di Batam. Si tetangga sudah lama disana. Kebetulan pula beberapa anak Pak Dhe dan Omku juga mengais rizki disana. Kupikir apa salahnya mencari pengalaman? Atas ijin ortu aku berangkat. Di Batam hobi naik gunungku makin menggila, bahkan hingga Sumatra dan Kalimantan. Bila kerja libur, aku berpetualang. Selain itu aku mulai rajin ngaji di ta’lim yang diadakan sesama karyawan. 6 tahun di Batam, aku pulang ke Jawa. Aku masih saja ke gunung. Hingga suatu sore Bapak bilang, “Kamu mau dilamar nduk! Besok ada yang mau datang ketemu”. Aku tak terkejut, malah tertawa ngakak, hingga bapak mencubitku. Dan aku bilang ke Bapak, “Jam berapa pak? Pagi atau siang, soalnya Sofi mau naik gunung. “Lagi-lagi bapak mencubitku, ”Dasar otak gunung”, ujarnya sambil berlalu. Ada yang tahu perasaanku saat itu? Datar dan biasa saja. Bahagia? Entah. Aku tak merasakan apa-apa. Bahkan, penasaran siapa laki-laki yang hendak melamarku pun tidak. Bahkan saat kakak dan adikku meledek, aku biasa saja. Maklum, selama ini sosok makhluk bernama “laki-laki” tak pernah ada di otakku, pacaran pun aku tak pernah. Naksir cowok? Jauh dari daftar acaraku, tapi itu bukan berarti aku tak punya teman laki-laki lho…, Esok yang dijanjikan pun tiba. Kakak-kakak dan adikku heboh mengintip, tapi aku biasa saja. Hingga bapak memanggilku ke ruang tamu. Aku memakai baju gunungku, kupikir aku tampak percaya diri dan gagah, bagiku itu pakaian terbagus dari pada rok panjang yang ribet. Kubiarkan ibu dan kakak-kakakku ngomel karena aku tak mau memakai “pakaian feminim” yang sudah susah payah disiapkan. Masuk ruang tamu, aku tak berani menatap yang hadir. Aku duduk dekat Bapak. Mukaku seperti udang rebus dan ini baru terjadi sekali dalam hidupku. “Gimana Sof, kamu mau? “Bapak memecah kebekuan. Aku hanya menunduk dari tadi. Diam. Tak menjawab Bapak. Mataku justru sibuk melihat kaki pelamarku. Kaki yang putih dan bersih. Hingga Bapak menyentuh punggungku. Karena terkejut aku tak bisa mengontrol ucapanku “Putih Pak, aku mau!” Astaghfirullah,,, ini akibat mata yang diumbar. Ruang tamu dipenuhi tawa tertahan keluarga besarku. Aku tak tahu, apa yang ada di benak pelamarku tentang aku … ah masa bodo …. Tak sampai seminggu setelah lamaran, Bapak menemuiku. Saat itu hari Rabu, aku tengah bersiap untuk mendaki ke gunung Semeru. Bapak bilang aku harus mengurus surat nikah, karena hari Senin depan aku menikah. Aku protes karena aku tak diberi tahu sebelumnya. Padahal setahuku, pelamarku itu cuma datang sekali kerumah. Rupanya Mas Hari, ikhwan tetangga, yang jadi perantara dengan Bapak. Aku ngotot naik gunung meski keluargaku melarang. Aku berjanji insya Allah hari Minggu sudah kembali ke rumah. Bapak kecewa dengan keputusanku, tapi saat aku pamit Bapak tertawa dan mencubitku. Bapak bilang, “Sebentar lagi, otak gunungmu akan hilang” Hmmm … benarkah ? Minggu sore, aku pulang disambut omelan ibu. Karena was-was. Tapi Bapak adem adem saja. Justru yang malah marah Pak Dhe dan Embah. Tak cuma ngomel padaku, tapi juga pada Bapak dan Ibu, karena tak memingitku. Sebagaimana tradisi di daerahku, orang yang mau jadi pengantin tak boleh keluar rumah. Sedang aku? he … he… Begitulah, tenda biru telah didirikan sehari sebelum aku turun gunung. Bila ada tamu datang, mereka mencari calon pengantin. Bapak dan ibu bilang sedang naik gunung. Maka tamu pun bingung dan berkomentar ini itu. Itu sebagian kekonyolan menjelang pernikahanku. Hari itu pun tiba. Akad nikah dibalik tabir itu berlangsung khidmat. Tak terasa airmata menetes saat ijab kabul, bahkan Bapakpun menangis. Demi Allah, aku merasa bahagia luar biasa. Kemarin aku masih seperti merpati, bebas kemana saja, beberapa jam kemudian ternyata aku sudah terikat pernikahan. Subhanalloh. Setelah ijab kabul, aku diminta tanda tangan buku nikah. Kudengar dari balik tabir Bapak meminta seorang laki-laki masuk dengan membawa buku nikah keruang aku dan keluarga besarku serta tamu undangan wanita. Itulah untuk pertama kalinya. Aku melihat jelas wajah suamiku. Putih seperti kakinya dan tampak dengan jenggot lebat yang rapi. Aku merasa tiba-tiba jatuh cinta!! Tengah dimabuk asmara, aku tak berhenti mencuri pandang padanya. Namun apa yang terjadi?? Deg-degan menanti, mas Hasan suamiku – bukan ke tempat dudukku malah dengan pedenya menyambangi tempat duduk adikku, sambil menyerahkan buku nikah. Serempak orang diruang itu berteriak. “Salah mas, pengantinnya bukan yang itu, tapi ini”. Kulihat muka mas Hasan bersemu merah. Ia tampak malu dan menahan tawa sambil menuju ke arahku. Ruang yang penuh dengan kebahagiaan kian semarak dengan gelak tawa. Wajahku dan adikku memang mirip. Saat kejadian itu, ia berdandan dengan baju payet indah yang seharusnya kupakai saat itu, tapi aku lebih memilih memakai jubah dan kerudung kecil sederhana hingga tak mencolok seperti adikku. Eh, malah jadi keliru … Alhamdulillah, akhirnya aku resmi jadi istri. Setelah menikah hidupku berubah. Kini telah kutempuh manhaj mulia ini atas bimbingan mas Hasan dan tentunya hidayah Allah pula. Tak lupa kuucapkan terima kasih pada mas Hari dan istri yang telah berani merekomendasikan aku pada calon suamiku, padahal aku masih jahil saat itu. Semua itu mereka lakukan karena sayang dan kasihan padaku yang sering berpetualangan, rencana nikah 3 bulan ke depan dimajukan lima hari setelah lamaran!! Saat pernikahan pun berlangsung tanpa musik dan syar’i. Alhamdulillah, bapak bisa diajak kerjasama oleh mas Hari dan mas Hasan, Lagi pula bapak juga ingin aku berhenti berpetulangan dan sangat setuju aku menikah. Kini aku hamil 5 bulan anak keduaku. Aisyah anak pertamaku mulai masuk TK, Alhamdulillah aku hidup bahagia serta tak henti kusyukuri Allah memberiku suami yang mencintaiku karena-NYA dari sejak berjumpa. Bahkan kini, Bapak pun menempuh manhaj Salaf. Sekali lagi, tak henti kuucap syukur pada Allah atas semua ini

Ayah..Engkau Lebih Berharga Dari Uang Itu..


Salah satu da’i berkata, “Ada seorang laki-laki memiliki hutang, dan pada suatu hari datanglah kepadanya pemilik hutang, kemudian mengetuk pintunya. Selanjutnya salah seorang putranya membukakan pintu untuknya. Dengan tiba-tiba, orang itu mendorong masuk tanpa salam dan penghormatan, lalu memegang kerah baju pemilik rumah seraya berkata kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah, bayar hutang-hutangmu, sungguh aku telah bersabar lebih dari seharusnya, kesabaranku sekarang telah habis, sekarang kamu lihat apa yang kulakukan terhadapmu hai laki-laki?! Pada saat itulah sang anak ikut campur, sementara air mata mengalir dari kedua matanya saat dia melihat ayahandanya ada pada kondisi terhina seperti itu. Dia berkata,”Berapa hutang yang harus di bayar ayahku?’ Dia menjawab,”Tujuh puluh ribu real.” Berkata sang anak,”Lepaskan ayahku, tenanglah, bergembiralah, semua akan beres.” Lalu masuklah sang anak kekamarnya, dimana dia telah mengumpulkan sejumlah uang yang bernilai 27 ribu Real dari gajinya untuk hari pernikahan yang tengah ditunggunya. Akan tetapi dia lebih mementingkan ayahanda dan hutangnya daripada membiarkan uang itu di lemari pakaiannya. Sang anak masuk ke ruangan lantas berkata kepada pemilik hutang, “Ini pembayaran dari hutang ayahku, nilainya 27 ribu Real, nanti akan datang rizki, dan akan kami lunasi sisanya segera dalam waktu dekat Insya Allah.” Di saat itulah, sang ayah menangis dan meminta kepada lelaki itu untuk mengembalikan uang itu kepada putranya, karena ia membutuhkannya, dan dia tidak punya dosa dalam hal ini. Sang anak memaksa agar lelaki itu mengambil uangnya. Lalu melepas kepergian lelaki itu di pintu sambil meminta darinya agar tidak menagih ayahnya, dan hendaknya dia meminta sisa hutang itu kepadanya secara pribadi. Kemudian sang anak mendatangi ayahnya, mencium keningnya seraya berkata, “Ayah, kedudukan ayah lebih besar dari uang itu, segala sesuatu akan diganti jika Allah azza wa jalla memanjangkan usia kita, dan menganugerahi kita dengan kesehatan dan ‘afiyah. Saya tidak tahan melihat kejadian tadi, seandainya saya memiliki segala tanggungan yang wajib ayah bayar, pastilah saya akan membayarkan kepadanya, dan saya tidak mau melihat ada air mata yang jatuh dari kedua mata ayah di atas jenggot ayah yang suci ini.” Lantas sang ayah pun memeluk putranya, sembari sesegukan karena tangisan haru, menciumnya seraya berkata, “Mudah-mudahan Allah meridhai dan memberikan taufiq kepadamu wahai anakku, serta merealisasikan segala cita-citamu.” Pada hari berikutnya, saat sang anak sedang asyik melaksanakan tugas pekerjaannya, salah seorang sahabatnya yang sudah lama tidak dilihatnya datang menziarahinya. Setelah mengucapkan salam dan bertanya tentang keadaannya, sahabat tadi bertanya, “Akhi (saudaraku), kemarin, salah seorang manajer perusahaan memintaku untuk mencarikan seorang laki-laki muslim, terpercaya lagi memiliki akhlak mulia yang juga memiliki kemampuan menjalankan usaha. Aku tidak menemukan seorang pun yang kukenal dengan kriteria-kriteria itu kecuali kamu. Maka apa pendapatmu jika kita pergi bersama untuk menemuinya sore ini?” Maka berbinar-binarlah wajah sang anak dengan kebahagiaan, seraya berkata, “Mudah-mudahan ini adalah do’a ayah, Allah azza wa jalla telah mengabulkannya.” Maka dia pun banyak memuji Allah azza wa jalla. Pada waktu pertemuan di sore harinya, tidaklah manajer tersebut melihat kecuali dia merasa tenang dan sangat percaya kepadanya, dan berkata, “Inilah laki-laki yang tengah kucari.” Lalu dia bertanya kepada sang anak, “Berapa gajimu?” Dia menjawab, “Mendekati 5 ribu Real.” Dia berkata, “Pergi besok pagi, sampaikan surat pengunduran dirimu, gajimu 15 ribu Real, bonus 10% dari laba, dua kali gaji sebagai tempat dan mobil, dan enam bulan gaji akan di bayarkan untuk memperbaiki keadaanmu.” Tidaklah pemuda itu mendengarnya, hingga dia menangis sambil berkata, “Bergembiralah wahai ayahku.” Manajer pun bertanya kepadanya tentang sebab tangisannya. Maka pemuda itu pun menceritakan apa yang telah terjadi dua hari sebelumnya. Maka manajer itu pun memerintahkan untuk melunasi hutang-hutang ayahnya. Adalah hasil dari labanya pada tahun pertama, tidak kurang dari setengah milyar Real Berbakti kepada kedua orang tua adalah bagian dari ketaatan terbesar, dan bentuk taqarrub kepada Allah azza wa jalla yang teragung. Dengan berbakti kepada keduanya rahmat-rahmat akan diturunkan, segala kesukaran akan disingkapkan. Dan Allah azza wa jalla telah mengaitkan antara berbakti kepada kedua orang tua dengan tauhid, Allah azza wa jalla berfirman: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang dari keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” [QS. Al Israa’. 23] Di dalam shahihahin, dari hadits Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Amal mana yang paling dicintai oleh Allah?” Maka beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Kukatakan lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Kukatakan, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” [HR.al Bukhari & Muslim] Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Akan datang atas kalian Uwais bin ‘Amir bersama dengan penduduk Yaman dari Murad kemudian dari Qorn. Dulu dia kena penyakit sopak, kemudian sembuh darinya kecuali selebar koin uang dirham. Dia punya seorang ibu yang dulu dia berbakti kepadanya. Seandainya dia bersumpah atas nama Allah, pastilah akan dipenuhiNya. Maka jika kamu mampu dia beristighfar untukmu, maka lakukanlah.” [HR. Muslim] Ini pula Hiwah bin Syuraih, dia adalah salah seorang Imam kaum muslimin dan ulama yang terkenal. Dia duduk pada halaqohnya mengajar manusia. Berbagai thalib (penuntut ilmu) datang kepadanya dari segenap tempat untuk mendengar darinya. Maka suatu ketika ibunya berkata kepadanya, saat dia berada di tengah-tengah muridnya, “Berdirilah wahai Hiwah, beri makan ayam.” Maka dia pun berdiri dan meninggalkan kajian. Ketahuilah wahai saudaraku yang tercinta, bahwasanya termasuk pintu-pintu sorga adalah Babul Walid (Pintu berbakti kepada orang tua). Maka janganlah kehilangan pintu tersebut, bersungguh-sungguhlah dalam menaati kedua orang tuamu. Demi Allah, baktimu terhadap keduanya termasuk diantara sebab-sebab kebahagiaanmu di dunia akhirat. Aku memohon kepada Allah azza wa jalla agar memberikan taufik kepadaku dan seluruh kaum muslimin untuk berbakti kepada kedua orang tua dan berbuat baik kepada keduanya. Wallahu a`lam

Obat Segala Penyakit


Penyakit di zaman ini telah menyebar dan bermacam-macam tidak mengenal tempat, waktu, atau korban, bahkan sebagiannya sangat menyulitkan para dokter dalam mengobatinya, seperti kanker dan sejenisnya sekalipun ada terapi untuk itu. Allah tidak mengirim penyakit melainkan ada obatnya, akan tetapi belum diketahui obatnya karena sebuah hikmah yang agung yang diinginkan Allah . Barangkali termasuk sebab terbesar dan berbagai macam penyakit ini adalah maksiat dan pelanggaran syariat yang dilakukan terang-terangan tanpa tedeng aling-aling. Oleh sebab itulah beragam penyakit tersebut rnenyerang dan menjangkiti hamba, Allah .berfirman yangartinya: “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS. AsySyura:30) Termasuk hikmah belum ditemukan obat atas sebagian penyakit adalah ujian Allah bagi hamba-hamba-Nya di dunia yang penuh musibah, bencana, dan penyakit. Ketika saya lihat banyak pasien mengerang kesakitan, banyak orang yang membutuhkan pengobatan menahan derita mengetuk setiap pintu dan mengambil semua sebab, hanya saja mereka melewatkan pintu Rabb Al-Arbab, maka kalimat ini saya hadiahkan kepada setiap yang sakit untuk meringankan rintihannya, menghilangkan keluh kesahnya, serta mengobati rasa sakitnya. Wahai anda yang sakit yang sedang merana, wahai anda orang yang resah gelisah, wahai orang yang diuji dengan penyakit lagi buta, semoga keselamatan dilimpahkan pada anda seukuran hebatnya rintihan anda, sebanyak air mata anda yang tertumpah, semoga keselamatan dilimpahkan kepada anda sebanyak ungkapan duka nestapa yang keluar dan bibir anda. Sakit ini telah memutus hubungan anda dari manusia, dari sehat menjadi sakit, manusia sedang tertawa sementara anda menangis menahan derita. Rasa sakit anda tidak bisa dialihkan sekalipun dengan tidur, betapa sangat anda mengharapkan kesembuhan walau berapapun besarnya biaya yang harus anda keluarkan. Saudaraku yang sedang sakit, aku tidak ingin menambah lukamu menganga, justru aku ingin memberikan obat mujarab kepadamu. Aku ingin melihat engkau istirahat dengan tenang dengan izin Allah, dari kesakitan selama ini. Sesungguhnya obat yang kumaksud ada dalam sabda Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wassalam yang artinya “Obatilah orang-orang sakit di antaramu dengan sedekah” (HR. Baihaqi. Hadits mi dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’). Benar saudaraku, sedekahlah obatnya, sedekah dengan niat mencari kesembuhan dari Allah. Mungkin engkau telah banyak bersedekah, akan tetapi semuanya tidak engkau niatkan agar Allah menyembuhkanmu dari sakit, karena itu cobalah sekarang juga, dan percayalah bahwa Allah akan memberi kesembuhan kepadamu, kenyangkan orang fakir, atau biayai anak yatim, atau dukunglah proyek sosial yang baik atau sedekah jariyah. Sungguh sedekah itu bisa mengangkat segala penyakit, segala musibah dan malapetaka, banyak orang yang diberi petunjuk oleh Allah telah merasakan hal ini mereka menemukan bahwa pengobatan rohani lebih mujarab daripada obat materi. Rasulullah juga mengobati dengan doa-doa, demikian pula generasi salaf, mereka bersedekah sesuai dengan tingkat sakit dan musibah, mereka menginfakkan sesuatu yang paling berharga dari milik mereka. Jangan pelit dan bakhil terhadap diri sendiri jika engkau memang memiliki harta dan kemudahan. lngatlah kesempatan telah datang. Dikisahkan bahwa ada seorang bertanya kepada Abdullah bin al Mubarak radhiyallahu’anh tentang sakit yang ia rasakan pada dua lututnya sejak tujuh tahun lalu. Ia telah berusaha mengobatinya dengan segala macam pengobatan, bertanya kepada para dokter tetapi tidak berguna. Ibn al-Mubarak berkata, “Coba kamu gali sumur, karena orang-orang membutuhkannya, aku mengharapkan air bersumber di sana, dan darah (sakit) yang kau derita sembuh karenanya!’ Ia pun segera melakukannya, dan sembuh. (kisah ini disebutkan dalam Shahih AtTarghib). Dikisahkan, ada seseorang terserang kanker, ia berkeliling dunia mencari obatnya tetapi tidak berhasil juga, kemudian ia bersedekah kepada ibu anak-anak yatim, dan Allah pun memberi kesembuhan padanya. Kisah lain diceritakan kepadaku oleh pelakuanya sendiri. Ia mengatakan, “Aku punya anak perempuan kecil, ia terserang penyakit di tenggorokannya. Aku membawanya ke rumah sakit dan telah banyak kutanyakan kepada para Dokter, tetapi semuanya tidak berguna. Penyakitnya semakin akut, bahkan hampir saja aku sakit karena sakitnya yang memang benar-benar membingungkan keluarga. Akhirnya kami hanya bisa memberinya suntikan untuk meringankan rasa sakit, dan kami pun berputus asa kecuali dari rahmat Allah. Suatu saat muncul harapan jalan keluar. Salah seorang shalih menghubungi kami, ia menyebutkan satu hadis Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam “Obatilah orang sakitmu dengan sedekah!” Aku bilang kepadanya bahwa telah banyak sedekah yang aku keluarkan. Ia mengatakan, “Bersedekahlah dengan niat untuk kesembuhan putrimu!” Aku pun menuruti. Aku bersedekah dengan sesuatu yang biasa-biasa saja kepada salah satu fakir miskin, tetapi tetap tidak ada perubahan. Aku sampaikan hal itu kepadanya, Ia mengatakan, “Anda termasuk orang berada, punya banyak harta, mestinya sebekah anda sebanding dengan kekayaan anda.” Maka kali ini aku penuhi mobilku dengan beras, daging ayam, dan banyak hal yang mahal nilainya, kemudian aku bagi-bagikan kepada banyak orang yang membutuhkan, mereka bergembira dengan pemberianku. Demi Allah, aku tidak pernah mengira sebelumnya bahwa suntikan terakhir yang diberikan kepada putriku adalah ketika diberikan kepadanya sebelum sedekahku. Ternyata putriku benar-benar sembuh – segala puji bagi Allah. Maka aku menjadi yakin bahwa sebab terbesar dari kesembuhan putriku adalah sedekah. Sekarang ini putriku telah melewati tiga tahun tanpa merasakan sakit seperti sebelumnya. Sejak saat itulah aku semakin memperbanyak sedekah, terlebih untuk program wakaf sosial umat Islam. Setiap hari aku merasakan kenikrnatan, keberkahan dan sehat wal afiat baik pada harta maupun keluargaku. Aku nasehatkan kepada setiap orang yang sakit agar ia bersedekah dengan sesuatu yang paling berharga dari miliknya. Lakukan berkali-kali hingga Allah memberi kesembuhan sekalipun sekian persen. Aku persaksikan kepada Allah atas kebenaran kisahku, dan Allah sekali-kali tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. Ada kisah lain yang disampaikan pelakunya langsung kepadaku. Ia berkata, “Saudaraku pergi ke suatu tempat, ia bendiri di salah satu jalan, tiba-tiba ia jatuh pingsan padahal sebelumnya tidak pernah mengeluhkan apapun, seakan-akan ia tenkena peluru nyasar di kepalanya. Kami mengira bahwa ia terkena ain atau kanker ganas, atau pendarahan di otak. Kami membawanya ke banyak rumah sakit, melakukan banyak diagnosa dan penyinaran di kepalanya, akan tetapi hasilnya kepalanya normal-normal saja. Anehnya ia rnengaduh kesakitan yang sangat di kepalanya, sehingga tidak bisa tidur dan tidak sehat beberapa lamanya. Jika sakit di kepalanya datang, ia bahkan tidak bisa bernapas apalagi berbicara. Aku bertanya kepadanya, “Apakah kamu punya uang untuk aku sedekahkan, banangkali Allah memberi kesembuhan kepadamu?” Ia menjawab, “Ada.’ Maka aku menarik uang dari ATM-nya sejumlah mendekati 7000 real. Aku menghubungi salah seorang shalih yang banyak mengenal orang-orang fakir agar uang tersebut dibagikan kepada mereka. Aku bersumpah demi Allah Yang Maha Agung, ternyata saudaraku sembuh pada hari itu juga sebelum sedekah itu sampai ke tangan orang-orang fakir. Aku benar-benar yakin bahwa sedekah berpengaruh besar dalam kesembuhannya. Sekarang ini saudaraku sudah melewati satu tahun penuh sejak sakitnya, dan ia tidak mengeluhkan sakit di kepalanya sama sekali, alhamdulillah. Aku nasehatkan kepada kaum muslimin agar mengobati orang-orang sakit mereka dengan sedekah. Ada kisah lain, pelakunya menceritakan langsung kepadaku. Ia berkata, Putriku mengeluhkan rasa sakit, demam dan panas tinggi. Ia tidak lagi mau makan. Aku membawanya ke beberapa klinik, tetapi panasnya tetap tidak berubah, bahkan kondisinya cenderung memburuk. Aku masuk rumah dengan bingung tidak tahu harus bagaimana. Istriku berkata kepadaku, “Mungkin kita harus bersedekah untuk kesembuhannya!” Aku langsung mengontak seseorang yang memiliki kedekatan dengan orang-orang miskin. Aku katakan kepadanya, ‘Saya harap anda mau shalat Ashar di masjid untuk mengambil 20 kantong beras, 20 karton daging ayam kemudian membaginya kepada orang orang yang membutuhkan.” Saya bersumpah demi Allah, selang 5 menit setelah saya tutup telephon, tiba-tiba putriku sudah berlarian, bermain, dan melompat-lompat di atas sofa. Ia makan hingga kenyang dan sembuh seratus persen dengan karunia Allah melalui ibadah sedekah. Aku wasiatkan kepada orang-orang agar memperhatikan sedekah untuk tiap penyakit. Saudaraku, marilah! Pintu telah terbuka, bendera kesehatan ada di depanmu berkibar-kibar, maka rajinlah bersedekah, percayalah kepada Allah dengan sungguh-sungguh. Perhatikanlah betapa obat mujarab ini dilalaikan, sehingga orang-orang enggan mengocek isi kantongnya kecuali sedikit untuk sedekah. Setelah itu ia berkeliling dan satu klinik ke klinik lainnya untuk mencari kesembuhan dengan mengeluarkan ribuan atau jutaan dari hartanya. Jika engkau telah mencoba obat ini dan sembuh, maka jadilah setelah itu sebaik-baik orang yang membantu orang lain dengan hartamu. Tidak hanya mencukupkan diri dengan sedekah untuk sakitmu atau sakitnya keluargamu saja. Jika belum ditadirkan kesembuhan, maka ketahuilah bahwa sejatinya engkau telah sembuh sekalipun beberapa persen. Ulangi dan ulangi lagi sedekah itu dan perbanyaklah sebatas kemampuanmu. Jika masih saja tidak sembuh, maka Allah membuat lama rasa sakitmu karena ada hikmah yang Allah inginkan, atau mungkin juga maksiat yang engkau lakukan menghalangi kesembuhanmu. Bersegeralah bertaubat, perbanyak doa pada sepertiga malam terakhir. Adapun anda wahai orang yang diberi nikmat sehat oleh Allah, maka jangan tinggalkan sedekah dengan dalih bahwa anda baik-baik saja. Sebagaimana orang sakit bisa sembuh, begitu pula orang sehat bisa sakit. Dikatakan pencegahan lebih baik dari pada pengobatan. Apakah anda akan menunggu sakit dulu kemudian baru bersedekah? Bersegeralah memperbanyak sedekah! Sedekah adalah ibadah yang besar pahalanya di sisi Allah.

Rabu, 26 Maret 2014

9 Jenderal Perang Islam Terhebat Dalam Sejarah

Islam merupakan agama dengan perkembangan terpesat di dunia. Manusia berbondong-bondong memeluk agama suci ini. Seiring hebatnya tudingan terhadap Islam, tidak menjadi penghalang lahirnya muallaf-muallaf baru. Sebagai contoh adalah Inggris, negara Ratu Elizabeth ini merupakan salah satu negara dengan perkembangan agama Islam terpesat. Terbukti dengan munculnya nama "Muhammad" sebagai nama bayi terpopuler. Penyebaran Islam yang begitu luas tak bisa dipungkiri merupakan salah satu hasil perjuangan para syuhada pada zaman dahulu. Mulai dari zaman awal lahirnya Islam sampai saat ini. Bila kita mempelajari sejarah Islam secara mendalam, kita bisa tahu bahwa perjuangan Islam tak lepas dari banyaknya peperangan yang terjadi antara umat muslim dengan bangsa-bangsa di dunia seperti bangsa Romawi dll. Kemenangan demi kemenangan diraih umat muslim berkat jendral-jendral Islam terhebat. Siapakah beliau..? dibawah ini Aidil berikan nama-nama "Jendral Perang Islam Terhebat dalam Sejarah" 1. Khalid Bin Walid Khalid ibn al-Walid (584 - 642), Khalid bin Walid, adalah seorang panglima perang pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin yang termahsyur dan ditakuti di medan perang serta dijuluki sebagai Saifullah Al-Maslul (pedang Allah yang terhunus). Dia adalah salah satu dari panglima-pangli­­ma perang penting yang tidak terkalahkan sepanjang kariernya. 2. Muhammad Al-Fatih ( Mehmed II ) Sultan Mehmed II atau juga dikenal sebagai Muhammad Al-Fatih (bahasa Turki Ottoman: ﺪﻤﺤﻣ ﻰﻧﺎﺛ Meḥmed-i sānī, bahasa Turki: II. Mehmet, juga dikenal sebagai el-Fatih ( ﺢﺗﺎﻔﻟا ), "sang Penakluk"Kejaya­­annya dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan banyak kawan dan lawan kagum dengan kepimpinannya serta taktik & strategi peperangannya yang dikatakan mendahului pada zamannya dan juga kaedah pemilihan tenteranya. Ia merupakan anak didik Syekh Syamsuddin yang masih merupakan keturunan Abu Bakar As-Siddiq. 3. Salahuddin Ayyubi ( Saladin ) Salahuddin Ayyubi atau Saladin atau Salah ad-Din (c. 1138 - 4 Maret 1193) adalah seorang jendral dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit (daerah utara Irak saat ini). Ia mendirikan Dinasti Ayyubiyyah di Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Mekkah Hejaz dan Diyar Bakr. Salahuddin terkenal di dunia Muslim dan Kristen karena kepemimpinan, kekuatan militer, dan sifatnya yang ksatria dan pengampun pada saat ia berperang melawan tentara salib. Sultan Salahuddin Al Ayyubi juga adalah seorang ulama. Ia memberikan catatan kaki dan berbagai macam penjelasan dalam kitab hadits Abu Dawud 4. Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Abu Ubaidah bin al-Jarrah adalah Muhajirin dari kaum Quraisy Mekkah yang termasuk paling awal untuk memeluk agama Islam. Ia ikut berhijrah ke Habasyah (saat ini Ethiopia) dan kemudian, Ia hijrah ke Madinah. Ia mengikuti setiap pertempuran dalam membela Islam. Setelah wafatnya Nabi Muhammad, Ia merupakan salah satu calon Khalifah bersama dengan Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Setelah terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah, Beliau ditunjuk untuk menjadi panglima perang memimpin pasukan Muslim untuk berperang melawan Kekaisaran Romawi. Ia meninggal disebabkan oleh wabah penyakit. 5. Sa'ad bin Abi Waqqas. Sa`ad bin Abī Waqqās merupakan salah seorang yang awal masuk Islam dan salah satu sahabat penting Muhammad. Kepahlawanan Sa'ad bin Abi Waqqas tertulis dengan tinta emas saat memimpin pasukan Islam melawan melawan tentara Persia di Qadissyah. Peperangan ini merupakan salah satu peperangan terbesar umat Islam. 6. Tariq Bin Ziyad. Tariq bin Ziyad, dikenal dalam sejarah Spanyol sebagai legenda dengan sebutan Taric el Tuerto (Taric yang memiliki satu mata), adalah seorang jendral dari dinasti Umayyah yang memimpin penaklukan muslim atas wilayah Al-Andalus (Spanyol, Portugal, Andorra, Gibraltar dan sekitarnya) pada tahun 711 M 7. Syurahbil bin Hasanah (583-639) Adalah sahabat Muhammad. Dia merupakan salah satu komandan tersukes dalam pasukan Rasyidin, bertugas di bawah Khalifah Rasyidin Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Dia merupakan salah satu komandan lapangan utama selama penaklukan Muslim di Suriah, bertugas sejak tahun 634 hingga kematiannya pada tahun 639 akibat wabah. 8. Abdullah bin Aamir. Abdullah bin Aamir adalah gubernur Busrha (647–656) dan merupakan jenderal militer yang sangat sukes pada masa pemerintahan Khalifah Rasyidin Utsman bin Affan. Dia dikenal atas kehebatannya dalam administrasi dan militer. 9. Amru Bin Ash. Pada awalnya Beliau pernah mengambil bagian dalam peperangan menetang Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslim. Ia masuk Islam bersama Khalid bin Walid. Enam bulan setelah masuk Islam, beliau bersama Rasulullah SAW menaklukan Mekkah dalam peristiwa Fathul Mekkah. Ia adalah panglima perang yang bijak dalam mengatur strategi perang.Beliau adalah panglima perang yang menaklukan Baitul Maqdis dan Mesir dari cengkraman Romawi. Ia kemudian dilantik sebagai gubernur Mesir oleh Umar bin Khattab, tetapi kemudian dipecat oleh Khalifah Usman bin Affan. Selanjutnya Muawiyah bin Abu Sufyan melantik kembali beliau menjadi gubernur Mesir. Panglima Amru mengerahkan tentara yang al-Quran menjujung diujung tombak, ia menggunakan cara ini dalam pertempuran dengan Ali bin Abi Thalib agar Ali bin Abi Thalib menghentikan serangan.